Hari ini aku berterimakasih sekali kepada Sis Dian  yang kembali mengingatkanku akan hal ini,

"Menargetkan calon pasangan yang layak? Bukan seperti itu caranya. Tidaklah dengan kita menargetkan seseorang yang hebat, tapi kita menargetkan diri kita sendiri agar layak didekati oleh seseorang yang hebat.."

Thank you, Sista.
Seems like now I have many things to do to be a better person :)







Ku pikir kita saling jatuh cinta. 
Ternyata kita baru mencoba untuk bisa jatuh cinta. 
Jatuh, yang benar-benar jatuh, 
dan tidak bangun lagi untuk mencari cinta yang lain.

Barangkali ada sebuah istilah yang lebih tepat untuk kita. 
Terpeleset cinta’ ?

Sayang untuk hal ini kita tidak bisa seperti Thomas Edison yang tak kenal lelah belajar dari seribu kegagalan, kembali melakukan penilaian, juga perbaikan demia sebuah keberhasilan. Sayang kita mudah lelah, kita mudah putus asa, meski baru mencobanya untuk beberapa kali. Tapi untunglah kalau dari beberapa kali itu ternyata kita sudah bisa menarik sebuah simpulan yang final.

Ketika yang bisa ku beri adalah bukan kebutuhanmu, dan yang kau beri adalah bukan pula kebutuhanku...“Kita terima saja realita bahwa kita memang tidak bisa saling menerima dan mengerti satu sama lain.”

Mungkin Tuhan punya skenario lain.
Kita percaya saja bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk kita.

Sederhana, bukan?
Meski tidak mudah :)
Awkward banget deh kalau kamu...

1. Mutusin pacar di tempat umum, apalagi dengan alasan yang tidak wajar serta tanpa menyediaan tissue terus dia yang kamu putusin jadi nangis dan bikin malu depan orang banyak.  Bagaimanapun kamu telah menyakiti hati orang yang sudah dengan tulus mencintaimu.

2. Mutusin pacar lewat telepon, apalagi setelah berbulan-bulan menjadi bulan-bulanan seperti ditelan bumi ngga ngasi kabar, ngga nelpon, ngga email, ngga whatsap, ngga ym, ngga ng-line, ngga sms, dll. seakan-akan kamu adalah Pahlawan LDR yang tiba-tiba kamu nongol dan ngasi surpriiiisee...... "Hi Dear, I Break You Up! Thanks and Bye!" Yah, meski aslinya tidak sesingkat ini, ada pidato panjang yang kamu sampaikan sebelum kamu mutusin dia. (Jadi ingat serial How I Met Your Mother (tahun 2005) dimana Ted bilang "Oh, you are awesome, but....")  UMMMMKAAAAYYYY!!!!! Bagaimanapun kamu telah menyakiti hati orang yang setengah mati mencintai dan setia sama kamu.

3. Mutusin pacar setelah orang tua kedua belah pihak tahu dan mulai berpikir serta merencanakan kelanjutan hubungan kalian (mis.PERNIKAHAN), apalagi setelah kamu menjadi drama queen yang berakting sangat hebat dengan mengatakan iya kamu sayang dia, cinta dia, di depan dia dan di depan banyak orang tapi sesungguhnya WTH dengan yang ada di dalam hatimu dan apa yang kamu lakukan di belakangnya. Kamu ngga ikut kata hatimu. Kamu berboong. Meski kamu memikirkan perasaannya atau perasaan keluarga besar kalian, tapi kamu telah berbohong. Bagaimanapun kamu telah memupuskan harapan banyak orang yang telah mereka gantungkan kepada kamu. Pastilah mereka merasa kecewa.

Well, aku turut prihatin kepada orang-orang yang seperti itu, tidak bisa menjaga perasaan dan kepercayaan yang telah mereka peroleh dari orang yang mencintainya setulus hati. Tapi apakah keputusan untuk memutusin pacar itu salah?

Apakah itu salah? Um, I don't think so 
Ku pikir semua terjadi karena sebuah alasan yang tidak bisa disalahkan begitu saja. Alasan itu bahkan bisa diperkuat dengan anak alasan-anak alasan berikutnya. Mungkin karena merasa nggak cocok, karena kamu merasa kurang pantes buat dia, atau sebaliknya dia kurang pantes buat kamu, karena merasa kalian ngga jodoh therefor HE terminate you relationship!  Bagaimana kamu menjamin bahwa keinginanmu lebih baik dibanding keinginan Tuhan? Bukankah Tuhan sedang menyelamatkanmu dari hubungan yang kurang berkualitas itu sebelum kau melanjutkannya ke tingkat yang lebih serius dan akhirnya menyesal di kemudian hari karena menikah dengan orang yang tidak benar-benar kamu cintai, dengan orang yang salah? You must be grateful because you broke with him/her!

Peran Komunikasi 
Mau putus, mau jadian, mau langgeng, KOMUNIKASI ITU PENTING. Meski kadang tidak mudah untuk mengkomunikasikannya dari hati ke hati. Damn, saya tidak sedang berusaha menjadi Psikolog Cinta ya :P

Tapi kalau iya kamu mau mutusin dia, kalau mau bicara, carilah waktu yang tepat. Well, you know what I mean. Jangan di hari ulang tahunnya, jangan di jam kuliah, jangan pas lagi mabuk, jangan juga pas dia lagi SIBUK, pas kalian lagi emosian. Kamu ngga bisa berpikir jernih dalam kondisi pikiran atau suasa hati yang kacau, dear.

Pakai cara yang tepat. Bagi orang yang berpendidikan tinggi atau yang pinter ngomong mungkin (MUNGKIN LO YA!!!) dia bisa mutusin pacarnya dengan bahasa yang lebih santun, terstruktur, mudah dipahami, tidak terdengar mengada-ngada, dan dengan gaya yang cool. Yah, COOL and can be accepted easily by the victim (WTH -.-)

Jika dilakukan dengan terencana, maka ku pikir dampak negatif dari penyampaian isi hati-yang berpotensi membuat orang lain sakit hati atau bunuh diri (busyet ekstrim bgt) dapat diminimalisir. Ini beda dengan pembunuhan berencana. Ini "pemutusan berencana", yang kamu yakini memiliki prognosis yang lebih baik dibanding kamu coba terus untuk mempertahankan hubungan kalian tapi dengan kualitas yang "nggak banget". Dan karena ini pemutusan yang berencaba, so think before you say! Think twice, a hundreds, or even more. Don't hurt somebody's feeling too much!

Sama seperti keterampilan ilmu komunikasi kedokteran, breaking bad news. Pakai formula burger. Roti yang empuk paling atas dan paling bawah. Jadi sisipin klaimat motivasi yang ngga bikin dia bunuh diri-setelah kamu mutusin dia di awal dan di akhir pembicaraanmu. Jangan mengada-ngada, apa yang membuatmu pernah jadian sama dia adalah suatu fakta bahwa dia bukan orang biasa, dia spesial karena pernah memenangkan hatimu (ya, kan?). Dan fakta yang membuat kamu ilfeel sama dia, atau mungkin tidak ilfeel hanya saja kamu harus memutuskan hubunganmu dengan dia, fakta-fakta ini bisa kamu sisipin di tengah pembicaraan kalian. FAKTA! NGGAK DIBUAT-BUAT, RASIONAL, DAN JUJUR. 

Kalo sekali kamu mencoba untuk bilang putus tapi ngga berhasil, pause, coba ulang cari moment yang tepat untuk bilang putus.

BELAJAR MENYAMPAIKAN KEBENARAN TANPA NYAKITIN HATI ORANG LAIN. Kalau kata Bu Ima, dosen Psikologi saya, ini yang namanya pembicaraan "dari hati ke hati" :) 

Ada Benih, Ada Hasil.
Kita menyebutnya sebagai hukum karma. Terserah sudut pandangmu mau kayak gimana semasih kamu berada dalam your comfort zone and you know the consequences of your decision. 

Kamu udah mikir kan sebelumnya, jangan sampai kamu nyesel di kemudian hari. Dan jangan juga mau diajakin balikan LAGI, kamu kan UDAH MIKIR sebelumnya. Ini namanya bersikap dewasa, komitmen! Kau nggak, kamu nggak punya harga diri, dan kamu juga jahat karena kamu ngga ngasi kesempatan buat dia belajar tentang kekeliruannya, membiarkannya hidup dengan Obsessive Compulsive Disorder (nyakitin kamu lagi, diputusin kamu lagi, nyajakin baik lagi, nyakitin kamu lagi, diputusin kamu lagi, nyajakin baik lagi, dst.) See?

Yah, selalu ada pelajaran dari setiap kejadian yang kita alami. Saya lupa siapa, tapi ada tokoh yang pernah bilang, kurang lebih seperti ini: "Kita tidak salah untuk melakukan sebuah kesalahan. Dari kesalahan itulah kita bisa belajar." 
As we do with all mistakes, we can and should learn from even the worst relationships—perhaps especially the worst ones! Failed relationship doesn't mean that you're a failure too :)

Remember,

an "ex" is called an "ex" because 

it's an EXample 

if what you shouldn't have again 

in the future. 




That's all postingan saya di sela-sela KKR. Yah, semoga make a sense. Abisnya saya ngga bisa nyimpen unek-unek dalam hati, lama-lama hatinya cirrhosis, sok tegar, sok kuat *smirk*Hey, YOU! Diolas katarsis itu PENTING ya! Dan saya janji abis ini saya bakal mosting tulisan yang lebih bermakna dibanding sedakar curcol saya ini. (kalo sempet)


Anyway, besok ujian BCS FORENSIK. Good luck! Good night. 


9 Maret lagi dan aku melupakannya lagi.

Tak terhitung berapa kali aku melupakannya, karena memang aku jarang bisa mengingatnya. Sadis? No! Hanya saja ada banyak hal yang sedang lalu-lalang di pikiranku sehingga disaat yang bersamaan seharusnya  aku mengingat tanggal penting ini, namun banyak hal itu muncul dan mencemaskanku sehingga aku melupakanmu. Ops… kau mungkin berpikir bahwa ini hanyalah pembelaanku saja, tapi bukannya kau juga melarangku untuk menggunakan reminder karena reminder dapat menurunkan daya ingat otak kita.

Happy birthday Wiranti Bee!

Sahabat yang paling setia, paling dewasa, selalu ada baik dalam keadaan suka maupun duka selalu menyediakan nasehat dan pelukan yang hangat layaknya saudara kandung. Luar biasa. Seorang dari pulau kecil di Nusa Penida sana yang memiliki impian besar untuk menjadi “ORANG BESAR”. Kau mampu membuktikannya.

Dari tahun ke tahun aku melihat perkembangan yang luar biasa dari sosok Wiranti yang kusapa akrab “Bulan”. Bulan sudah ku anggap sebagai adikku sendiri. Haha, seharusnya dia yang menjadi kakakku karena meski usiaku setahun lebih besar darinya namun pemikirannya jauh lebih dewasa dariku. Pengakuan yang serupa diungkapkan oleh ibuku 5 tahun yang lalu.

Yang ku tahu, dia memiliki ayah dan ibu yang sukses menanamkan pondasi karakter mulia kepada anak ketiga dari empat bersaudara ini. Ayah yang hebat dan sederhana. Ibu yang kuat dan teladan. Ya, persis seperti kedua orang-tua ku, orang-tua kami adalah pekerja keras, mereka mempertaruhkan raganya demi pendidikan dan masa depan buah hatinya. Kami berasal dari latar belakang keluarga yang sama, kalangan pendidik, sehingga tentu kesadaran membentuk karakter anak yang baik telah mendarah daging pada kedua orang-tua kami. Bedanya, bila dibandingkan dengan Bulan,  dari sononya aku memang lebih ngga bandel.

Anehnya, dia selalu  menyanjungku dengan segenap kelebihanku yang ia tak punya, setiap tahun pasti ada kalimat seperti ini, 

“Kakak hebat dapet ini…dapet itu…” 

Ya aku tahu memang setiap orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, contoh, aku kelebihan jaringan lemak pada bagian perut, hahaha.  Tapi selidik punya selidik, baru-baru ini aku tahu kenapa dia iri padaku. Karena aku lebih sering beruntung.

Ohya? 
Ku rasa tidak J

Delapan tahun lalu kami pertama kali bertemu dalam sebuah ajang kompetisi pidato bahasa inggris. Dia rivalku. Aku meraih juara 1, dia 2. Mulai saat itu aku sudah tertarik menjalin pertemanan dengan anak  pulau seberang ini. Tampangnya polos, culun, tapi wawasannya luas, terlihat dari gaya bicaranya, bukan seperti anak kelas 1 SMP biasa. Akhirnya kami lebih sering berkomunikasi dan bersahabat.

Tahun berikutnya dia mengikuti lomba serupa, aku menemaninya latihan dan memberi sedikit masukan, memang masukanku mungkin tidak sebanding dengan kakak yang notabene adalah seorang guru bahasa inggris, tapi dia sangat senang akan kehadiranku saat itu. Aneh ya? Hahaha... Dan hari itu adalah ulang tahunku.Usai latihan, dia memberi kejutan. Ya, kado ulang tahun…. dia tahu dan dia ingat bahwa hari itu adalah ulang tahunku. So cute! Boneka kelinci pink dari Bulan. Oh... pink! Dia sangka aku seperti anak perempuan lainnya yang suka boneka PINK. Oh dear, meski demikian, thank you! :)

Dia menang, juara 1. Jadi bisa dibilang dia adalah generasi penerusku, untuk daerahku saat itu. Aku bangga. Dia yang dari desa bisa mengalahkan rival-rivalnya yang dari kota. 

Kami jadi semakin sering berkomunikasi. Kami berbagi tentang apa saja, argumen, sekolah, cita-cita, impian, hobi, curhat, haha banyak hal. Aku menilai bahwa dia adalah sosok yang matang, baik, dan hubungan kami patut dipelihara. Aku selalu merasa bahagia bila berbagi dengannya. Percakapan kami di telepon bisa sampai berjam-jam. Sungguh dia pandai membangun hubungan harmonis yang erat dan menjaga itu. Meski berdasarkan pengakuannya, hal itu hanya ia lakukan pada orang-orang tertentu saja dan tidak menemukan orang-orang tertentu itu dan sesungguhnya dia tidak mudah menjalin persahabatan dengan orang. Akunya begitu.

Saat kelas 3 SMP,  Bulan bercerita bahwa dia ingin melanjutkan sekolah di SMA 2 Semarapura, di Pulau Bali tentunya. Ketika itu sekolah yang dikenal dengan istilah Smandara itu sedang naik daun karena status SNBI-nya. Tentu aku senang karena aku akan lebih sering bertemu dengannya dan mendapat lebih banyak hal-hal positif darinya. Sayang, entah dimana salahnya, padahal kalau dilihat dari riwayat prestasi dan nilai ujian akhir yang tinggi seharusnya dia diterima di sekolah itu namun hal yang membuatnya terpukul dan kecewa, dia tidak lolos.

Mirip ceritaku yang tidak diterima di sekolah negeri karena kesalahan teknis, sebagai sahabat yang setahun lebih dulu masuk SMA, aku mengatakan padanya, 

“Ini bukan kesalahanmu, bukan kamu yang tidak layak masuk sekolah itu tapi sekolah itu yang kurang beruntung tidak mendapatkanmu”.

Konon kata Bulan, kalimatku itu menjadi mantra penyemangat yang memacunya untuk bangun dari keputus-asaan. Dia lalu terus berjuang, belajar, berprestasi, baik di tingkat daerah hingga nasional. Benar, kuncinya adalah tekad yang kuat dan usaha yang tekun. Dan Bulan berhasil. 

Meski tidak aktif lagi sebagai seorang altet, dia mulai menekuni ranah keilmiahan, beberapakali menjuarai kompetisi karya tulis ilmiah, gadis tomboy satu ini juga dipercaya untuk menjadi Ketupat alias Ketua Panitia TCA (Temu Cinta Alam) se-Provinsi Bali, ajang ngumpulnya siswa dan mahasiswa pencinta alam dan  sebagai anak kelas 2 SMA luar biasa! Dia sukses meng-handle event yang juga menghadirkan tokoh-tokoh nasional dan internasional di Pulau Nusa Penida.

Dan apa yang dia lakukan? Dia selalu berusaha menjaga hubungan pertemanan yang akrab dengan orang-orang yang pernah dia kenal. Dia menjadi sahabat bagi banyak orang. Bedanya denganku, aku tipikal orang yang mudah begaul, mudah berteman, tapi lemah dalam menjaga tali persahabatan yang idealnya tidak mengenal keakuan, selalu disirami kasih, pengertian dan perhatian.

Bulan, aku sungguh bersyukur mengenalmu dan menjadi salah satu orang terdekat dalam hidupmu. Kau mengajarkanku banyak hal tentang persahabatan, tentang arti kesetiaan, perjuangan, optimistik, kebersamaan, sungguh ada banyak hal darimu yang tak ku miliki. Jadi ku mohon berhentilah iri terhadap keberuntunganku.

Haha, tahukah kau, kau jauh lebih beruntung dariku. Meski tidak berhasil masuk program studi kedokteran, tapi kau sukses menjadi mahasiswa program studi psikologi yang berprestasi. Baru semester 3 sudah  melakukan sejumlah penelitian psikologi dan menarik perhatian banyak orang dalam sebuah konferensi internasional. Banyak yang sudah kau raih, sayang.
Prestasi dan Prestise. Lanjutkan ! J

Tentu banyak orang yang bersyukur memilikimu, apalagi kedua orang tuamu yang telah 20 tahun membesarkan. Suatu saat kau pasti jadi Orang Besar J Rahmat Tuhan selalu bersamamu, dear.

Adikku sayang, you know so well kan, dengan segenap kekurangan kakakmu ini, semoga kau bisa tetap menerimanya. Caraku memang beda. No cake no gift at your special day but believe it please that I always pray for you, dear.

Semakin bertambah usia, pasti kau semakin dewasa, makin bertanggung jawab atas segala keputusan yang kau pilih. Tentang studimu, kesibukanmu, orang-orang yang dekatmu, masa depanmu. One thing for sure, I wish you all the best, My Bee!

As you who love me more that I imagine, I love you more that you imagine, sista...
But, hey! We don't live in imagination, do we? :D

Kau bilang aku sangat berharga dimatamu, entah kau kaca-matamu salah atau tidak, akupun demikian, kau sangat berharga dalam hidupku. 

Tetaplah menjadi dirimu yang sekarang, sahabat & saudara yang menyenangkan, penuh perhatian dan kasih sayang, daya juang, optimisme, serta segala kebaikan lainnya yang telah mendarah daging dalam dirimu. Tuhan selalu menuntunmu :)

With love,
Pooh. 


Let us be grateful to people who makes us happy, they are the charming gardeners who make our soul blossom.
-Marcel Prous-
Terkadang aku berpikir bahwa hidup sebagai Med Student dan aktif (baca: ikut gradag-grudug) dalam beberapa organisasi dalam waktu yang bersamaan itu sangat crowded, selalu dikejar waktu, dikejar ujian, dijejal tugas juga materi kuliah. Huaaaah... melelahkan! 

Lalu seorang "teman", bernama Nyoman Sutarsa (aku biasa memanggilnya Kak Su), mengatakan hal ini kepadaku, "Dear, mengeluh itu tanda tidak bisa mensyukuri hidup. Ganbatte! :)" 

*jik....piiiingg.......... 
(Ya tuhan, aku bersyukur kok atas segala karunia yang telah Kau beri kepadaku. So please jangan black list aku dari daftar nama manusia yang Kau sayang yaaaa ;)

Aku lalu berpikir bahwa ini semua tidak lebih merupakan sebuah Hukum Aksi Reaksi, konsekuensi dari keputusan yang telah kubuat dengan beberapa pertimbangan tentunya. #serius mode on.  Siapa suruh masuk efka, siapa suruh ikutan NGO, siapa suruh aktif dalam kegiatan pelayanan, siapa suruh koar-koar siaran di radio sama di televisi. Nah lo... 

Akhirnya setelah merenung sendiri dalam sunyinya malam dalam kamar kost, aku ingat. Salah satu alasanku melakukan itu semua adalah aku (dan mungkin banyak juga mahasiswa efka yang lain) tidak mau menjadi  autis, hanya berkutat "mengisi diri", selalu bertapa (baca: belajar) di meja belajar dengan high expectation mendapatkan IP 4, pintar (atau sok pintar) tapi tak peduli dengan hal yang terjadi di sekitar. Big no ! 

Bukankah "mengisi diri" itu bisa dilakukan dimana saja, dengan siapa saja, dan kapan saja? Justru dengan semakin banyak bertemu, mengenal, dan belajar dari banyak orang (tidak hanya dari benda mati seperti buku atau diktat kuliah saja), hidup akan menjadi lebih hidup, dinamis, dan penuh warna! Pikirku begitu! Namun bukan berarti aku mengesampingkan kewajiban utamaku sebagai seorang pelajar, bukan. Aku mencintai kuliahku dan aku ingin menjadi dokter yang baik, melayani masyarakat dengan baik suatu hari nanti (Oh Awignamastu , I hope 2014 will become my graduation year... yeaah....)   

Aku hanya ingin menjaga kesimbanganku. Sesuai dengan filosofi nama angkatanku, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ps. Kedokteran Umum angkatan 2009. Kami menamakan angkatan kami  Ambidextrous - manusia yang memiliki kemampuan menggunakan kedua  sisi anggota tubuhnya dengan sama hebatnya, kanan ataupun kiri, misalnya menulis. Manusia seperti ini memiliki perkembangan otak yang benar-benar seimbang. Dan konon juga dikatakan "langka" (katanya).

Jadi, aku bersyukur betapa hidupku saat ini sangat hidup, dinamis, dan penuh warna. Aku menikmatinya. Terlebih, karena saat ini aku masih diberi kesempatan untuk mengenal Krsna yang ku cintai dan aku juga mendapatkan karunia yang tak terhitung banyaknya dari Krsna yang kucintai. Aku amat sangat bersyukur. Terimakasih Krsna :')

Terimakasih juga Kak Su, yang sejak pertama kali kenal tahun 2009 silam banyak menginspirasi juga memotivasiku, menuangkan warna dalam kanvas kehidupanku. Aku selalu suka pribadimu yang muda dan ceria. Dari apa yang ku kenal, Kak Su adalah sosok yang ramah, rendah hati, sederhana, tutur bahasanya sopan (terkecuali saat ngewalek temen-temen, waduuuh... jangan ditanya, parah! hahahaha...teman deketnya tahu itu), Kak Su selalu bersemangat, beretos kerja tinggi (tapi mungkin lebih tepatnya aku bilang You are a workaholic, dear! ) Hal itu membuatku sedikit agak tidak nyaman, atau tepatnya lagi, "minder" dekat denganmu.  Tapi aku tetap suka. Haha.. kau berwawasan luas, pandai melihat celah, berjiwa entrepeneur :) Apalagi dengan embel-embel dokter di depan namamu, jadi makin suka :) 

Sayang sekarang jauh sama Kak Su :'( Dia sedang menyesaikan program master Public Health di Latrobe University. Berdoa sajalah, Fan, semoga lama-lama di Oz Kak Su tidak kecantol sama Kangguru Betina disitu. Hahaha..... (Peace, Brother!)

Oh Fani... Fani.... Sebaiknya kamu fokus dengan tujuanmu! Cintai pekerjaanmu, lakukan dengan sepenuh hati. Berjalanlah dengan keadaan seimbang. Pandanganmu harus ke depan, dan langkahmu harus maju tak gentar! (Seperti lagu wajib ya...) 

Intinya, kuncinya DISIPLIN

Ayo Fani... Semangat... Jangan mengeluh mengejar cita-cita! 
Pekerjaan adalah persembahan. Persembahkan yang terbaik untukNYA!
Mungkin akan sedikit melelahkan, tapi yang pasti akan sangat menyenangkan! :)


With love, 
Kefani

Pengikut