Ku pikir kita saling jatuh cinta. 
Ternyata kita baru mencoba untuk bisa jatuh cinta. 
Jatuh, yang benar-benar jatuh, 
dan tidak bangun lagi untuk mencari cinta yang lain.

Barangkali ada sebuah istilah yang lebih tepat untuk kita. 
Terpeleset cinta’ ?

Sayang untuk hal ini kita tidak bisa seperti Thomas Edison yang tak kenal lelah belajar dari seribu kegagalan, kembali melakukan penilaian, juga perbaikan demia sebuah keberhasilan. Sayang kita mudah lelah, kita mudah putus asa, meski baru mencobanya untuk beberapa kali. Tapi untunglah kalau dari beberapa kali itu ternyata kita sudah bisa menarik sebuah simpulan yang final.

Ketika yang bisa ku beri adalah bukan kebutuhanmu, dan yang kau beri adalah bukan pula kebutuhanku...“Kita terima saja realita bahwa kita memang tidak bisa saling menerima dan mengerti satu sama lain.”

Mungkin Tuhan punya skenario lain.
Kita percaya saja bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk kita.

Sederhana, bukan?
Meski tidak mudah :)
2 Responses

  1. Gaura Says:

    kalo kurunut, panjang juga perjalanku hingga sampai di blog ini. kagak sia-sia sih sebab artikel, curhat, ato apalah yang diposting disini, penggunaan kata-katanya nyambung dengan gaya bicaraku. That's nice and sounds so......pastinya kamu punya cita rasa yang romantis juga sebagaimana alur kata-kata yang disampaikan. tapi di artikel (Sorry We Break up), aku turut merasakan symphony perasaan yang sangat mengharu biru. hey..hey...cinta duniawi memang egoistis, so that! mari arahkan cinta itu ke Tuhan. dulu aku punya komitmen spt ini...Siapapun yang bisa mencintai Krishna lebih daripada mencintai diriku, maka berikanlah ia sebagai pendampingku Tuhan. and trust me, it works. so I advice to keep writing tapi yang membuat kita semakin mencintai Tuhan ya! coz Divine Love only Give and Forgive. this can bring happiness to all.


Posting Komentar

Pengikut