"Madu yang begitu manis, dan akan selalu manis bagi penyembahNya untuk selamanya." Kalimat sederhanaku untuk menggambarkan Kepribadian Tuhanku, Krishna. Aku begitu mengagumi-Nya. Bukan hanya kerena Beliau terlahir sebagai sosok yang begitu tampan sehingga menarik hari para Gopi, bukan hanya karena wejangan-Nya yang sejuk menyirami hati sanubari setiap insan, bukan hanya karena Beliau seorang pahlawan yang menyelamatkan Arjuna dari dosa dan rasa takut untuk berperang demi Dharma, lebih dari itu, Beliau adalah magnet yang begitu berpengaruh dalam kehidupanku. Beliau selalu membangkitkan ku dari jatuh. Beliau mengajarkankan tentang hidup yang sesungguhnya. Beliau begitu berkarunia dan mencintai penyembahnya.

Lirik "Madhurashtakam" ini mungkin tidak cukup melukiskan betapa indahnya Beliau.
Tapi satu hal yang pasti, Aku mencintai Krishna, teramat sangat.

Adharam Madhuram, Vadanam Madhuram,
Nayanam Madhuram, Hasitham Madhuram,
Hrudhayam Madhuram, Gamanam Madhuram
Madhuradhipathey Akhilam Madhuram

Sweet are His lips and His face is sweet
Sweet are His eyes and His smiles are sweet
Sweet is His heart and His bearing is sweet
The Lord of Sweetness is entirely sweet


Vachanam Madhuram, Charitham Madhuram,
Vasanam Madhuram, Valitham Madhuram,
Chalitham Madhuram, Bramitham Madhuram,
Madhuradhipathey Akhilam Madhuram


Sweet are His words and His actions are sweet
Sweet is His dress and His posture is sweet
Sweet is His gait and His gestures are sweet
The Lord of Sweetness is entirely sweet


Venur Madhura, Renur Madhura,
Paani Madhura, Padhoa Madhura,
Nrithyam Madhuram, Sakhyam Madhuram,
Madhuradhipathey Akhilam Madhuram

Sweet is His flute and His foot-dust is sweet
Sweet are his hands and His blue feet are sweet
Sweet is his dance and His friendship is sweet
The Lord of Sweetness is entirely sweet


Geetham Madhuram, Peetham Madhuram,
Bhuktham Madhuram,Suptham Madhuram,
Roopam Madhuram, Thilakam Madhuram,
Madhuradhipathey Akhilam Madhuram

Sweet is His song and His pure drink is sweet
Sweet is His food and His sleeping is sweet
Sweet is His charm and His forehead is sweet
The Lord of Sweetness is entirely sweet


Karanam Madhuram, Taranam Madhuram
Haranam Madhuram, Ramanam Madhuram
Vamitham Madhuram, Samitham Madhuram
Madhuradhipathey Akhilam Madhuram

Sweet are his limbs and His sporting is sweet
Sweet are his guiles and His pranks are sweet
Sweet is His mouth and His resting is sweet
The Lord of Sweetness is entirely sweet


Gunja Madhura, Mala Madhura,
Yamuna Madhura, Veechi Madhura,
Salilam Madhuram, Kamalam Madhuram
Madhuradhipathey Akhilam Madhuram

Sweet is His pearl and His garland is sweet
Sweet is Yamuna and Her rippling is sweet
Sweet is the stream and the lotus is sweet
The Lord of Sweetness is entirely sweet


Gopi Madhura, Leela Madhura
Yuktham Madhuram, Muktham Madhuram
Drishtam Madhuram,Sishtam Madhuram
Madhuradhipathey Akhilam Madhuram

Sweet are His gopis and His divine play is sweet
Sweet is His love and His parting is sweet
Sweet is what He sees and what He leaves out is sweet
The Lord of Sweetness is entirely sweet


Gopa Madhura, Gavo Madhura
Yashtir Madhura, Srushtir Madhura
Dhalitham Madhuram, Phalitham Madhuram
Madhuradhipathey Akhilam Madhuram

Sweet are His Gopas and His cows are sweet
Sweet is His staff and His creation is sweet
Sweet is what He tramples and so are His jokes
The Lord of Sweetness is entirely sweet


Sharing tentang kegiatan kemarin ah...
Beritanya di muat di Majalah Media Hindu, Mei 2009
Ok, Cekkidott..... ;)

Dasyat, Pelatihan Jurnalistik SMAN 1 Nusa Penida-Bali Siswa pun Ketagihan

Puluhan siswa SMAN 1 Nusa Penida, Klungkung, Bali dibangkitkan semangatnya untuk menjadi penulis dan pembicara publik cemerlang melalui pelatihan jurnalistik yang bertajuk “Menjadi Penulis dan Pembicara Publik yang Memikat” dikemas dengan sangat menarik dan heboh Sabtu, 25 April 2009 lalu. Dalam kesempatan tersebut, tokoh muda Hindu seorang wartawati muda, Ni Kadek Surpi Aryadharma hadir sebagai narasumber.

Selama kurang lebih tiga jam, lima puluh siswa yang terdiri atas 10 siswa Klub Jurnalistik serta 40 siswa lainnya yang berasal dari kelas X 1 dan XII IPA tampak antusias mengikuti pelatihan tersebut. Wartawati muda yang sempat meraih penghargaan K. Nadha Awards pada tahun 2007 lalu ini menyajikan materi dengan gaya khas anak muda sehingga menarik hati peserta pelatihan. Ia menyampaikan bahwa untuk menjadi penulis atau pembicara publik, bukan perkara yang sulit, karena setiap orang dapat melakukannya. Asalkan seseorang mau membangkitkan kecakapan ganda itu. Akan sangat baik kata Mahasiswa S2 Brahmavidya IHDN Denpasar ini apabila seseorang memiliki kecakapan ini untuk mendukung kesuksesan karirnya, apapun profesi yang dipilih.

Mengutip ucapan tokoh besar Svami Vivekananda yang dikaguminya, “Manusia adalah wujud ilahi yang memiliki keagungan dan kemampuan. Ia dapat melakukan hal-hal besar dalam kehidupannya. Segala sesuatu yang diperlukan ada pada dirinya.” Oleh karenanya untuk meraih kesuksesan, syarat pertamanya adalah memiliki jiwa optimis. Banyak orang yang terlanjur memandang bahwa menulis itu sulit, sehingga sedikit penulis yang terlahir dari negeri ini, terlebih penulis-penulis Hindu yang jumlahnya sangat terbatas.

Dalam kesempatan tersebut, Surpi juga membagikan kiat sukses siswa kepada peserta pelatihan yang diambil dari buku yang ditulisnya sendiri : Melahirkan Generasi Muda Berkarakter Dewata. Ditegaskannya, kesuksesan bukan hanya dimiliki oleh orang ‘borju’ atau anak pejabat, tapi milik siapa yang berupaya untuk meraihnya.

Sementara Putu Eka Prayastiti Kefani, mantan Ketua OSIS SMAN 1 Sidemen dan P. Wahyuningsih alumnus Institut IHDN Denpasar yang turut hadir dalam pelatihan tersebut juga memberi inspirasi kepada peserta pelatihan untuk terus semangat meraih cita-cita, dengan menyanyikan lagu Bintang Cemerlang yang merupakan hits album Golden Youth.

Dalam pelatihan yang dibuka langsung oleh Kepala SMAN 1 Nusa Penida, I Nyoman Dunia, S.Pd. itu Surpi juga memberikan bantuan buku tulisannya dan Majalah Media Hindu untuk memperkaya perpustakaan setempat. Ketua panitia, Ni Komang Wiranti seusai pelatihan mengatakan pelatihan jurnalistik kali ini sungguh dasyat dan tidak membosankan.

“Banyak hal yang kami dapat. Kami jadi semakin percaya diri dan berjanji akan terus berusaha menjadi yang terbaik,” ujarnya.

Siswa kelas XI IPA ini berharap semoga di masa mendatang lahir penulis-penulis hebat dari SMAN 1 Nusa Penida. Guru pembina Klub Jurnalis, Drs. Jamal yang mendampingi siswa hingga pelatihan usai menyampaikan terimakasih dan rasa harunya atas perhatian yang diberikan dan berharap pelatihan yang serupa dapat diadakan kembali di lain kesempatan. “Kecuali karena alasan rasa sayang dan pengabdian yang dalam, jarang ada pembicara yang datang tanpa mau dibayar, bahkan tanpa meminta dana transportasi,” ujarnya dengan rasa haru serta berpesan kepada para siswa untuk mengikuti teladan dari tim pelatihan jurnalistik yang dipimpin Surpi. (fani)



Apa sih maknanya bagi Pelajar Hindu?
Dear, Coba tanya anak kecil, siapa Dewi Ilmu Pengetahuan?
Tak lama kemudian ia akan menjawab “Dewi Saraswati”.

Tanya lagi, siapakah dewa kecerdasan?
Kemudian, beberapa detik berlalu, “Hehe, siapa ya…?! Ngga tahu. Emang siapa Dewa Kecerdasan?”
Justru anak itu balik bertanya.

Ngga semua anak kecil tahu, bahkan kita-kita yang udah berumur (yang udah gedean dibanding mereka) sering salah jawabnya. Padahal semua orang ingin cerdas, terlebih anak muda.

Di usia belia, otak manusia sedang memiliki kemampuan yang luar biasa hebatnya, tentu akan jauh lebih hebat bila ia mendapat anugrah siddhi dan budhi atau kecerdasan intelektual dari Tuhan Yang Maha Agung, dalam perwujudan-Nya sebagai Dewa Kecerdasan - Dewa Ganesha.

Dewa Ganesha merupakan Dewa penghancur segala rintangan serta penganugrah siddhi dan budhi atau kecerdasan intelektual. Beliau merupakan putera dari Dewa Siva dan Dewi Parvathi, yang menggambarkan seorang siswa wedandik sejati (siswa yang mempelajari ilmu pengetahuan suci Veda). Menurut sastra suci, Dewa Ganesha merupakan Dewa paling awal yang dipuja dalam setiap pemujaan Hindu.

Dalam Kekawin Siwaratrikalpa disarankan untuk memuja Sri Ganesha dan Kumara sebelum melakukan pemujaan kepada Dewa Siva dalam perayaan Siwaratri. Dewa Ganesha telah dipuja sejak zaman purbakala sebagai obyek pemujaan para rsi, yogi, penyair, musisi, dan para siswa, sebab Beliau dianggap sebagai penguasa pengetahuan (vidya) dan penguasa pencapaian duniawi (avidya).

Ciri dan makna Dewa Ganesha antara lain:

1. Sang penguasa rintangan (Vignesvara) ini digambarkan memiliki 4 tangan yang merupakan simbolis 4 peralatan bathin (antahkarana). a. Tangan kanan depan bersikap abhaya hasta (memberi berkat) kepada pemuja, umat manusia. Selain itu Beliau juga memberkati dan melindunginya dari segala rintangan dalam usaha pencapaian Tuhan. b. Tangan kanan belakang memegang kapak, dengan kapak itu beliau memotong keterikatan para bhaktanya dari keterikatan duniawi c. Tangan kiri belakang memegang tali dan dengan tali beliau menarik mereka untuk semakin dekat dengan kebenaran, kebajikan, dan cinta kasih serta intektualitas, kemudian pada akhirnya beliau mengikatnya untuk mencapai tujuan umat tertinggi. d. Tangan kiri depan membawa modaka (manisan). Wah, enak yah dapat manisan dari Dewa? Hehe, hya iya lah tentunya! Manisan/modaka/bola nasi yang dipegang oleh Dewa Ganesha perlambang pahala dari kebahagiaan yang beliau berikan kepada pemuja-Nya. Mau?

2. Kepala dan Telinga yang lebar. Eits, bukan artinya Dewa Ganesha menderita tuli loh! Telinga yang besar menunjukkan bahwa Dewa Ganesha selalu mendengarkan setiap doa yang diucapkan oleh pemujanya. Kepala dan telinga yang besar juga melambangkan seorang siswa Wedantik. Pengetahuan sifatnya sangat bersifat intelektual sehingga diperlukan kepala yang besar (maksudnya sih bukan besar ukurannya aja!) untuk memahami dan meyakini logika pengetahuan.

3. Taringnya patah. Dewa yang juga disebut “Vinayaka” ini dilukiskan telah kehilangan salah satu taringnya saat bertempur dengan Paramasura. Ini menunjukkan seorang siswa dengan kecerdasan dan kemampuan viveka (kebijaksanaan) yang telah dimilikinya ia mampu mengatasi suka duka dalam kehidupan. (*versi lain menuturkan Ganesha memotong taringnya ketika menulis epos Mahabharata yang dikisahkan Bhagavan Vyasa).

4. Perut buncit, ini lambang gudang segala kebijaksanaan dan material.

5. Kendaraan-Nya Tikus. Beda halnya dengan manusia yang suka berkendaraan mewah, jor-joran. Dewa Ganesha memilih berkendaraan tikus. Binatang kecil yang menjadi kendaraan beliau adalah lambang dari kama atau keinginan manusia. Keinginan yang harus dikendarai dan dikendalikan untuk mencapai kemurnian hati dan tujuan hidup sejati. Cz klo ngga gitu, seperti halnya tikus kecil yang dapat memakan habis pada dalam lumbung, demikian pula keinginan dapa mengantarkan kita pada jurang kejahatan dan penderiataan. Makanya, keinginan harus dikendalikan untuk pelayanan dan bukan jadi budak indria kita.

***

Nah, gitu tuh perlambangan Dewa Ganesha yang sarat makna dan merupakan “contoh hidup” bagi manusia. Bukan sebagai “dewa lucu” yang sering diungkapkan oleh banyak penulis / orang2 yang ngga ngerti makna dan hakekat Sri Ganesha.
Buat anak muda, para siswa, mahasiswa, dan juga masyarakat umum, sangat baik bila memohon berkat beliau sebelum mulai aktivitas duniawi ataupun aktivitas spiritual, terlebih sebelum mulai belajar. Dalam kitab Matya Purana dan Skanda Purana Dewi Parvati bersabda bahwa Vinayaka (Ganesha) harus dipuja pada hari keempat tiap pertengahan bulan, barang siapa yang melakukan pemukaan terhadap Vinayaka ngga akan mendapat kesulitan dalam mencapai apa yang diinginkan. Vinayaka Chaturri pada bulan Bhadrapada adalah hari yang sangat baik untuk memuja-Nya dan semua hari Jumat juga adalah hari yang sangat baik untuk memuja Sri Ganesha.

Om Sri Mahaganapataye namah
Om Sri Ganesha ya namah
Om Sri Vinayaka ya namah

Refrensi:
1. Swami Chinmayananda, Kejayaan Ganesha, Paramita, Surabaya, 2002.
2. Surpi Aryadharma, Melahirkan Generasi Berkarakter Dewata, Pustaka Bali Post, Denpasar, 2005.

Pengikut