KAMU NGGA AKAN PERNAH BISA MEREBUT KEBAHAGIAAN ORANG LAIN.

Mungkin skr kamu ngerasa menang, tapi itu ngga akan bertahan lama!
(haddeehh, kalimatnya kok jahat yah!)
hehe, maksud saya gini...
Setiap orang dilahirkan untuk saling mencintai
Dan cinta itu kekal, dia ngga pernah datang ataupun pergi.
Dia ngga pernah diciptakan ataupun dimusnahkan.(Saya ngga sedang berfilosopi)

Sebenernya yang terpenting itu, bagaimana kamu ngerasain cinta yang sesungguhnya sudah ada dalam hati kamu. Bagaimana kamu memupuk, membuat mekar, menyuburkan cinta itu untuk bisa dinikmati oleh orang lain. Ketika cinta kita sudah kokoh, dengan sendirinya dia akan nglindungi kamu! Cintamu juga akan makin besar karena balasan cinta yang kamu peroleh dari orang lain. Kamu pun akan bahagia...

Ngga perlu repot2 mencari kesalahan orang lain, menyenggol orang lain, merebut hati orang lain, untuk mendapatkan PERHATIAN orang yang kamu inginkan! Kalaupun kamu mendapatkannya, ITU HANYA SEMENTARA! Itu seperti ORANG KAYA YANG MISKIN (HATI)!

Tentunya kamu punya tujuan hidup yang jauh lebih mulia dibanding hanya sekedar CAPER kan! SEE?!! Itu aja cucol untuk hari ini... Hari yang penuh, tapi syukur belum bikin jenuh.
Besok masih banyak kegiatan menanti... SEMANGATH!!!!
Kita emang selalu berharap yang terbaik buat keluarga kita. Tapi pernahkah terbayang jika ada saudara kita terjebak dalam kemelut masalah seperti pemerkosaan, hamil di luar nikah, melahirkan anak yang cacat fisik, mendapat cibiran masyarakat, kehilangan dukungan sosial dari keluarga, merasa dirinya hina dan mengalami depresi... 


Sedikit berbagi tentang tugas kuliah Spesial Study saya semester ini, bidang ilmu Psikiatri :)

Wanita memiliki risiko 2 – 3 kali lebih besar untuk mengalami depresi dibanding laki-laki. Hal ini erat kaitannya dengan berbagai faktor seperti faktor biologis, psikologis, dan sosial. Secara biologis, depresi terjadi akibat adanya perubahan struktur dan fungsi otak (neuro transmiter, neuroendokrin, sistem sirkandian, transisi genetik, serta fungsi hormon), tidak adanya keseimbangan zat kimia dalam otak. Sebagai contoh deh pada masa hamil, dari minggu ke-8 hingga minggu ke-38 terjadi kenaikan kadar hormon yang dasyat. Hormon progesteron meningkat tujuh kali lebih banyak, estradiol 130 kali lebih banyak, juga prolaktin 19 kali lebih banyak dibanding pada wanita yang tidak hamil.

Paska melahirkan secara otomatis kadar hormon-hormon ini kembali seperti semula hingga mempengaruhi neurotransmiter seperti norepinefrin, serotonin, dopamin, dan asetilkolin. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan perasaan dan perilaku pada wanita, kemudian menjadi faktor penyebab terjadinya depresi, baik yang tingkatannya ringan dan sementara (baby blue), atau berlangsung beberapa bulan yakni Postpartum Depression (PPD), atau bisa juga yang bersifat berat yakni Psikosis Paska Persalinan (PPP). Pada beberapa kasus bisa muncul gejala seperti waham atau delusi negatif yang berkaitan dengan si bayi atau kadang halusinasi bahwa ada suara gaib yang menyuruh ibu untuk bunuh diri atau membunuh bayinya sendiri. Um...Parah juga ya! 

Adapun, beberapa faktor risiko wanita mengalami depresi pada masa kehamilan atau paska melahirkan antara lain: kondisi ekonomi kurang mampu, dukungan sosial rendah, kehamilan yang tidak diinginkan, bayi sakit-sakitan atau rewel, tidak memiliki pasangan, korban kekerasan rumah tangga, dan mitos-mitos lainnya.

Jangan sembarangan Anda mengatakan bahwa orang itu mengalami depresi! Menurut DSM IV, seseorang baru bisa dibilang depresi kalau memiliki gejala perasaan depresi selama lebih dari dua minggu ditambah distress dan empat gejala klasik (seperti: berat badan menurun drastis, insomnia, agitasi psikomotor, lelah berlebih, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, merasa bersalah, dan memiliki ide bunuh diri).

Perlu dicatat, penanganan depresi harus dilakukan secara komprehensif dengan memperhatikan faktor biopsikososial. Maksudnya, dari segi biologi; ia butuh pengobatan antidepresan dari dokter ahli. Dari segi, psikologi ia harus benar-benar tenang selama masa kehamilannya. Ikut latihan yoga, meditasi, mendengarkan musik lembut juga mampu menenangkan suasanya hati. Secara sosial, tentunya orang-orang terdekat, keluarga, juga masyarakat sekitaran tempat tinggal memiliki andil yang cukup besar untuk menyenangkan wanita hamil ini, jangan justru bikin suasana krodit.

Bila saat masa kehamilan wanita mengalami depresi kemudian hal ini berlanjut hingga paska melahirkan, perlu dilakukan intervensi lebih lanjut seperti konseling, psikoterapi, terapi perkawinan , support group, farmakoterapi, dance therapy untuk membentuk ikatan ibu dan anak, dan bila-diperlukan rawat inap di rumah sakit.

Beberapa penelitian telah mengungkapkan komplikasi terkait kehamilan-dengan-depresi yang meliputi: kenaikan berat badan bayi baru lahir yang tidak memadai, rendahnya pemanfaatan perawatan ibu dan anak pralahir, meningkatkan penggunaan obat-obatan terlarang pada si ibu, kelahiran prematur pada bayi, skor Apgar yang rendah, dan keguguran.


Kasian juga kan si adik baby kalau lahirnya tidak sempurna karena mamanya depresi. So, yang bisa kamu lakukan sekarang adalah, SKRINING, SKRINING, SKRINING. Coba perhatikan apa di sekitar kamu ada wanita hamil yang sedang mengalami gangguan depresi ? 

Semoga bermanfaat! 


Aku benci jatuh cinta.
Aku benci merasa senang bertemu lagi dengan kamu, tersenyum malu-malu, dan menebak-nebak, selalu menebak-nebak. Aku benci deg-degan menunggu kamu online. Dan di saat kamu muncul, aku akan tiduran tengkurap, bantal di bawah dagu, lalu berpikir, tersenyum, dan berusaha mencari kalimat-kalimat lucu agar kamu, di seberang sana, bisa tertawa. Karena, kata orang, cara mudah membuat orang suka denganmu adalah dengan membuatnya tertawa. Mudah-mudahan itu benar. Aku benci terkejut melihat SMS kamu nongol di inbox-ku dan aku benci kenapa aku harus memakan waktu begitu lama untuk membalasnya, menghapusnya, memikirkan kata demi kata.

Aku benci ketika jatuh cinta.
Semua detail yang aku ucapkan, katakan, kirimkan, tuliskan ke kamu menjadi penting, seolah-olah harus tanpa cacat, atau aku bisa jadi kehilangan kamu. Aku benci harus berada dalam posisi seperti itu. Tapi, aku tidak bisa menawar, ya? Aku benci harus menerjemahkan isyarat-isyarat kamu itu. Apakah pertanyaan kamu itu sekadar pancingan atau retorika atau pertanyaan biasa yang aku salah artikan dengan penuh percaya diri? Apakah kepalamu yang kamu senderkan di bahuku kemarin hanya gesture biasa, atau ada maksud lain, atau aku yang-sekali lagi-salah mengartikan dengan penuh percaya diri?

Aku benci harus memikirkan kamu sebelum tidur dan merasakan sesuatu yang bergerak dari dalam dada, menjalar ke sekujur tubuh, dan aku merasa pasrah, gelisah. Aku benci untuk berpikir aku bisa begini terus semalaman, tanpa harus tidur. Cukup begini saja.

Aku benci ketika kamu menempelkan kepalamu ke sisi kepalaku, saat kamu mencoba untuk melihat sesuatu di handycam yang sedang aku pegang. Oh, aku benci kenapa ketika kepala kita bersentuhan, aku tidak bernapas, aku merasa canggung, aku ingin berlari jauh. Aku benci aku harus sadar atas semua kecanggungan itu…, tapi tidak bisa melakukan apa-apa.

Aku benci ketika logika aku bersuara dan mengingatkan, “Hey! Ini hanya ketertarikan fisik semata, pada akhirnya kamu akan tahu, kalian berdua tidak punya anything in common,” harus dimentahkan oleh hati yang berkata, “Jangan hiraukan logikamu.” Aku benci harus mencari-cari kesalahan kecil yang ada di dalam diri kamu. Kesalahan yang secara desperate aku cari dengan paksa karena aku benci untuk tahu bahwa kamu bisa saja sempurna, kamu bisa saja tanpa cela, dan aku, bisa saja benar-benar jatuh hati kepadamu. Aku benci jatuh cinta, terutama kepada kamu.

Demi Tuhan, aku benci jatuh cinta kepada kamu.
Karena, di dalam perasaan menggebu-gebu ini; di balik semua rasa kangen, takut, canggung, yang bergumul di dalam dan meletup pelan-pelan…
aku takut sendirian.

***

Tulisan ini lagi "gue banget". 
Diambil dari buku Kepada Cinta Gagasmedia, 2009.


Fiuuuhh....... :(

Pengikut